Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser melalui Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) menggelar Bimbingan Teknis Promosi dan Pemasaran Digitalisasi Kepariwisataan selama tiga hari. Bimbingan Teknis Promosi dan Pemasaran Digitalisasi Kepariwisataan merupakan lanjutan dari kerja sama yang sudah dibangun Pemkab Paser dengan Poltekpar NHI Bandung.
Poltekpar NHI Bandung, sebagai institusi pendidikan kepariwisataan terbaik di Indonesia, menjadi mitra strategis Kabupaten Paser dalam menghadirkan inovasi di sektor pariwisata. Kepala Disporapar yang didampingi Kepala Bidang Kepariwisataan Khairuddin menyampaikan bahwa kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Paser dan Poltekpar NHI Bandung ini merupakan langkah strategis yang bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga membangun generasi muda yang siap menghadapi tantangan dan menciptakan inovasi di sektor pariwisata.
*Pemuda Dibajak Fasilitator Sekuler*
Saat ini potensi pemuda sedang dibajak melalui program-program. Di antaranya duta pariwisata dan promotor, pemuda disuruh berinovasi menyiarkan pariwisata. Seolah-olah melalui keterlibatan tersebut para pemuda sudah berpartisipasi dalam pembangunan dengan meningkatkan pemasukan daerah melalui pariwisata yang mereka promosikan.
Pariwisata selama ini terbukti menambah pemasukan bagi APBD dan akan digenjot lebih tinggi lagi dengan kerja sama. Orientasi pariwisata sebagai sumber pendapatan di sisi lain SDAE justru diserahkan ke pihak lain. Sayang negara tidak mengambil peran, karena alasan “ketidakmampuan mengekplorasi”. Sebaliknya negara memposisikan diri sebagai regulator, menyebabkan SDAE bukan sebagai kantong pemasukan yang besar.
Secara tidak langsung pemuda menjadi fasilitator sekuler karena keterlibatannya sebagai promotor pariwisata. Tidak dapat dipungkiri pariwisata tidak hanya mentransfer aliran dana bagi negara tetapi juga gaya hidup, pergaulan bebas, prostitusi, kemaksiatan kriminal dsb. Jika hal ini tidak diperhatikan tentu akan berefek kepada masyarakat lokal termasuk pemuda yang sekaligus menjadi promotornya.
Oleh karena itu, negara harus memiliki tanggung jawab sekaligus pelaksana rencana strategis dan peta jalan agar potensi peran pemuda berjalan dengan benar. Pemuda harus secara nyata dioptimalkan dalam pembangunan, yakni melahirkan peradaban yang cemerlang. Bukan sebaliknya membajak peran pemuda sebagai fasilitator kapitalis sekuler.
*Pemuda Muslim Pemuda Terbaik*
Pariwisata sejatinya adalah tempat syiar yang efektif karena selain menyodorkan keindahan alam juga Kemahabesaran Allah Swt. Andai pemuda terlibat di dalamnya maka dia hanya akan sebagai promotor syiar Islam, yakni uslub/ jalan dakwah.
Role model pemuda muslim akan betul-betul menjadikan Islam sebagai standar hidupnya. Sejak kemunculannya, Islam selalu memiliki para pejuang di kalangan para pemuda yang patut dijadikan teladan. Sebut saja salah satunya, Mush’ab bin Umair sebagai duta pertama Islam di Madinah dari golongan pertama pemeluk Islam.
Mush’ab bin Umair sebagai pemuda yang cemerlang, tampan, cerdas, serta penuh dengan semangat jiwa kemudaan. Rasulullah Saw mengutus Mush’ab untuk mengajarkan dan menanamkan ajaran Islam kepada muslimin Madinah serta berdakwah kepada mereka yang masih musyrik setelah musim haji sudah berakhir dan setelah bai’at terlaksana.
Salah satu kisah sukses dakwah Mush’ab yang pernah diriwayatkan adalah saat ia berhasil mengislamkan Sa’ad bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair yang merupakan tetua di Madinah dari bani Abdul Asyhal. Demikianlah, dengan potensi yang dimilikinya pemuda muslim seharusnya berusaha menjadi duta dakwah. Selanjutnya mereka juga harus berusaha role model untuk melakukan aktivitas perubahan yang nyata.
Oleh karena itu, kalau berkaca dalam kehidupan sekarang sosok pemuda harus jadi duta pejuang Islam. Dengan dakwah mereka ikut terlibat menyadarkan umat akan pentingnya kehidupan Islam. Jangan sampai pemuda terbajak sebagai fasilitator kapitalis sekuler.
Wallahua’lam…












































