Bandung Barat – Aroma kekecewaan pekat kini menyeruak dari tubuh Partai NasDem Kabupaten Bandung Barat.
Dua kader senior sekaligus penggerak sayap partai Garnita Malahayati, Irma dan Popon, melontarkan kritik keras atas sikap kepengurusan baru yang dinilai tertutup, tidak transparan, dan abai terhadap kader lama.
Irma, yang selama ini dikenal sebagai sosok loyal dan senior di NasDem, menegaskan bahwa perubahan struktur partai berlangsung tanpa sepengetahuannya.
“Saya ini kader senior, sudah lama berjuang untuk NasDem. Tapi sampai hari ini saya tidak pernah diundang, tidak pernah diberi tahu apa-apa. SK kepengurusan baru pun saya tidak tahu. Apa artinya kami ini? Apa kami sudah tidak dianggap lagi?” tegasnya penuh nada kecewa.
Irma menyebut ada miskomunikasi parah antara pengurus baru dengan kader lama. Bahkan, ia merasa dikhianati oleh partai yang selama ini ia cintai.
“Saya NasDem, saya cinta NasDem. Tapi kalau seperti ini, saya jujur kecewa besar dan pesimis. Bagaimana mau besar kalau kader senior saja diabaikan? Kalau komunikasi saja tidak ada, bagaimana kita mau kerja sama?,” imbuhnya.
Tak hanya itu, Irma juga menyoroti kondisi Garnita Malahayati, sayap perempuan NasDem, yang menurutnya kini mati suri.
Ia menegaskan niatnya untuk merebut kembali kepemimpinan Garnita agar organisasi tidak terus-menerus vakum tanpa kegiatan.
Nada serupa juga disampaikan Popon, pembina Garnita sekaligus kader senior paling lama di NasDem Bandung Barat.
Ia terang-terangan menilai Garnita saat ini nyaris tidak berfungsi.
“Sekarang Garnita lumpuh total. Tidak ada gerakan, tidak ada rapat, tidak ada kegiatan. Ketua yang sekarang pun diam saja. Sayap partai ini seharusnya aktif, tapi kenyataannya dibekukan hanya 40 hari setelah pelantikan. Apa ini yang disebut membesarkan partai?” sindir Popon tajam.
Menurut Popon, pengurus baru terkesan hanya mementingkan segelintir orang, sementara para senior yang sudah mengabdi lama justru dipinggirkan.
“Kalau sayap partai diabaikan, jangan harap bisa terbang tinggi. Yang ada partai jalan di tempat. Ini bukan lagi miskomunikasi, ini pembiaran,” katanya dengan nada keras.
Kekecewaan mendalam dari Irma dan Popon menjadi sinyal serius adanya masalah komunikasi dan transparansi di internal NasDem Bandung Barat.
Mereka mengingatkan bahwa jika kondisi ini terus dibiarkan, soliditas partai bisa runtuh.
“Kami hanya ingin dihargai, diajak bicara, dilibatkan. Kalau tidak, jangan salahkan kader lama memilih diam atau bahkan pergi. Kami masih NasDem, tapi apakah NasDem masih peduli dengan kami?” pungkas Irma.
Red *A.S *












































